Oleh
: Murmiyati Hadi Santoso
A.
PENDAHULUAN
Istilah
campur kode tak bisa lepas dari istilah kedwibahasaan. Karena kedwibahasaan
menimbulkan saling pengaruh mempengaruhi antara bahasa pertama dan bahasa
kedua. Kondisi saling mempengaruhi ini menjadi semakin intensif jika jumlah
kedwibahasaan Yang menggunakan kedua bahasa itu semakin besar (Tarigan, 1995).
Pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa kedua atau sebaliknya dapat terjadi
pada setiap system atau unsur bahasa karena pembicara memakai system unsur
bahasa pertama dalam bahasa kedua atau sebaliknya.
Nababan
(1984) mengatakan bahwa campur kode adalah bilamana orang mencampur dua (atau
lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam satu tindak bahasa tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut
pencampuran bahasa itu.
Campur
kode dapat terjadi antarbahasa. Campur kode antarbahasa adalah penggunaan
unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain dalam berbahasa.
Dalam
novel Kenanga karya Oka Rusmini sarat dengan campur kode bahasa Bali.
Ada
tiga hal yang perlu dibahas dalam penggunaan campur kode dalam novel Kenanga :
1. Asal
bahasa yang menjadi campur kode dalam novel Kenanga
2. Wujud
campur kode
3. Campur
kode dalam novel Kenanga
B. PEMBAHASAN
1.
Asal
bahasa yang menjadi campur kode dalam novel Kenanga
Campur kode yang ada dalam novel ini
bila dilihat dari asalnya maka terdiri dari dua macam, yaitu yang berasal dari
bahasa asing dan berasal dari bahasa daerah.
Campur yang berasal dari bahasa asing, Yaitu
yang berasal dari bahasa Inggris ada tiga kata yang berwujud kata dasar.
Sedangkan yang berasal dari bahasa daerah yaitu berasal dari bahasa Bali yang
berjumlah 25 kata dasar dan 2 kata berimbuhan.
2.
Wujud
campur kode
Wujud campur kode yang
ada pada novel Kenanga yaitu kata dasar,
kata berimbuhan, dan kelompok kata. Dalam novel tersebut campur kode yang berwujud
kata dasar ada 25 kata. Kata-kata tersebut adalah bajang, balian, banten, belabaran, biang,
bli, boreh, canang, griya, jegeg,
jineng, luh, mbok, mebat, metanding, gayah, panjak, parekan, ratu, seda,
semeton, tangkil, tiang, tukakiang, tuniang. Campur kode yang berwujud kata
berimbuhan terdiri dari dua kata yaitu majejahitan dan penglingsir. Sedangkan
campur kode dalam bentuk kelompok kata terdiri dari 14 kelompok kata.
Kelompok kata tersebut adalah, bulung
boni, ida ayu, jaje juli, karmaphala, metanding banten belabaran, nunas oka,
ngaturang canang, petiles ibe, ratu aju, ratu ibu, tuniang meme, tuwe lanang dan wang jero. Kata-kata dan kelompok kata
ini berulang-ulang tersaji dalam novel ini.
3.
Campur
kode dalam novel Kenanga
Campur kode yang ada dalam novel ini
tersaji hampir di setiap halaman. Disini
disajikan beberapa contoh penggunaan campur kode dalam novel Kenanga. Baik yang
berwujud kata dasar, kata berimbuhan maupun yang berwujud kelompok kata.
a.
Bajang sama artinya
dengan gadis uda belia. Kata bajag
beberapa kali tersaji dalam novel ini. Salah satunya ada pada halaman 227,
cuplikan berikut,
Begitulah misalnya, kata yang keluar
dari mulutnya bila melihat para bajang banyak yang tidak mahir membuat kue sesaji
b.
Cuplikan dari halaman 8, “Tiang…harus… metanding banten belabaran tiap hari. Membantu Tugeg Galuh… membuat tangkih.”
Kalimat Intan terpatah-patah.
C. KESIMPULAN
Campur
kode yang tersaji dalam novel Kenanga
karya Oka Rusmini membuat novel ini menjadi semakin menarik. Campur kode yang
digunakan dalam novel ini berasal dari dua bahasa yaitu bahasa asing dan bahasa
daerah. Penggunaan campur kode dalam novel ini terdiri dari 3 macam yaitu yang
berwujud kata dasar terdiri dari 28 kata dasar, kata berimbuhan 2 kata, dan
yang berwujud kelompok kata ada 14 frasa atau kelompok kata. Penggunaan campur
kode bahasa Bali yang sangat banyak mengakibatkan pembaca novel merasa seperti
berada pada lingkungan masyarakat Bali dengan segala adat istiadatnya. Jadi
dapat disimpulkan bahwa campur kode bahasa Bali paling dominan dalam novel ini.
Terutama yang berwujud kata dasar.
DAFTAR
PUSTAKA
Rusmini, Oka.2003. Kenanga. Jakarta : Grasindo.
Soemarsono.2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta : Sabda.
Subroto, Edi.
1992. Pengantar Metode Penelitian
Linguistik Struktural. Surakarta : Sebelas Maret University Press.
Tarigan, Henry
Guntur. 1995. Pengajaran Analisis
Kesalahan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
No comments:
Post a Comment