Sunday, August 15, 2010

Setangkai Mimpi

Sepertinya aku dalam sebuah perjalanan. Saat itu mobilku mengalami kerusakan. Aku mencoba mencari bengkel langgananku namun ternyata sampai di tempat, bengkel itu tutup. Aku bertemu dengan seseorang. Dia menyarankan aku untuk membawa mobilku ke bengkel yang dia kenal. Dikatakannya bengkel itu berada di belakang pool damri. Aku mengiakan. Aku sempat sedikit bingung karena tempat itu seingatku adalah bengkel kakakmu. Sedikit ragu aku untuk memmbawanya kesana. Tiba-tiba saja kudengar suara anak kecil di sampingku. “Bunda… aku mau ketemu bapak Bunda. Aku kangen bapak…” terpana aku melihatnya. Siapa anak ini? Mengapa memanggilku bunda? Mengapa dia tiba-tiba ada bersamaku? Seorang anak kecil yang manis. Aku hanya memandangi anak itu. Apakah benar anakku? Aku lebih terpana saat dia menggapai lenganku dengan pandangan memohon. “Aku kangen bapak Bun… bapak ada di sana!” Bapak ada disana? Di bengkel? Ngapain dia? “Iya mbak, tadi kulihat dia ada di sana.” pemuda yang mengantarku membenarkan. Aku hanya mengangguk kemudian mengarahkan mobil ke tempat yang ditunjuk. Sampai di tempat anak kecil itu segera turun berlari  diikuti pemuda yang mengantar tadi. Aku disambut kakakmu, kunci kuserahkan dan aku dipinjami mio putih untuk pulang. Sendiri.
Hari menjelang sore saat aku teringat meninggalkan anak itu di bengkel begitu saja. Bergegas aku ke bengkel mencarinya. Namun tak kutemukan lagi sosok itu. Aku bingung kemana harus mencari anak kecil yang memanggilku bunda tadi. Anak kecil yang telah kusiakan. Anak kecil yang telah kuragukan bahwa dia darah dagingku. Apakah aku sudah gila?. Melihatku kebingungan tak satu pegawaipun yang menggubrisku, bahkan mereka hanya memandangiku dengan sinis. Aku hampir menangis, kemana lagi harus mencari. Aku tak tahu apa yang akan terjadi kalau aku tak menemukan anak itu. Aku duduk terguguk di sudut, menyeka air mata yang meleleh tiba-tiba. Dari pintu samping, kau datang menggendong anak itu melihatku dengan pandangan penuh kemarahan.
“Jangan pernah tinggalkan dia Mi… kalau Mami tak sanggup merawat biar aku yang merawatnya. Aku hanya minta Mami tak pernah melupakan bahwa itu anak kita.“
“Ooh… jadi bapak anak itu kau… sungguh? Tapi bukankah kau tak pernah mengatakannya? Bukankah kau sudah lupa menyapaku? Lupa mengunjungiku? Lupa merindukanku?”
“Cintaku tak pernah berubah Mi… aku tak mudah berpaling ke lain hati… aku tak akan pernah bisa lupakan Mami kecuali Mami melupakanku…. Seperti Mami melupakan anak kita ini.”
“Tidak… aku tak pernah melupakanmu… sedetikpun… “
“Tapi Mami melupakan buah cinta kita…. Itu berarti Mami melupakan aku…”
“Aku takut… sungguh… aku takut kau pergi… aku takut tak pernah bisa meilhatmu lagi…. Takut tak boleh rindu kamu lagi…. “
“Mami harus sadar Mi… sadar… aku bawa anak ini…. “
Lalu kau pergi dengan segera… tanpa menengokku kembali… aku berlari mengejarmu, menggapai-gapai, aku berharap kau akan berhenti, berpaling dan menolongku tapi kau tetap pergi menggendongnya dengan senyum sinismu. Lunglai sudah seluruh sendiku, aku jatuh, aku terpuruk. Sendiri. Namun aku masih mampu berteriak
“Jahat… kau jahat Pi… sangat jahat… jahaaaaatttttt….”.
Diantara lengkingan suaraku bisikanmu menyelusup ditelingaku tajam…
“Aku sayang Mami… aku cinta Mami… aku tak bisa lepas dari Mami…
Aku menangis sejadi-jadinya karena aku tak mampu berbuat apa-apa…
***
Ketika kita terjaga dari tidur karena kita bermimpi, kita selalu berusaha untuk mengingat apa sebenarnya yang terjadi. Kadang kita menjadi bertanya-tanya apa sebenarnya makna mimpi yang baru saja kita alami. Atau kita merasa sayang mengapa mimpi itu terlalu cepat berakhir tanpa pernah dapat kita menikmatinya. Namun sering pula kita bersyukur bahwa kita telah terlepas dari mimpi yang kita anggap sangat buruk.
Mimpi dan tidur adalah dua peristiwa yang tak bisa dipisahkan. Orang tak akan pernah mengalami mimpi bila tidak tidur. Banyak orang mengatakan bahwa mimpi adalah bunga tidur. Pada saat-saat tertentu bila kita bermimpi, begitu bangun tidur langsung kita bisa menceritakan mimpi itu. Namun pada lain waktu kita bermimpi tapi kita tak bisa menceritakan mimpi kita tersebut. Baru pada beberapa hari kemudian kita mengingat mimpi kita.
Kadang mimpi yang kita alami kita anggap sebagai firasat. Orang-orang tua kita mengatakan bahwa bila kita mimpi gigi kita tanggal maka ada orang terdekat kita yang akan meninggal. Bila kita mimpi digigit ular maka kita akan mendapat jodoh. Mimpi diterjang banjir maka kita akan mendapat musibah.
Beberapa buku yang saya baca mengatakan bahwa mimpi adalah perjalanan bawah sadar kita. Atau peristiwa yang dialami oleh bawah sadar kita. Memang beberapa mimpi yang kita alami ada hubungannya dengan peristiwa yang pernah kita alami. Beberapa waktu setelah gempa Jogja terjadi saya pernah bermimpi berlindung di balik reruntuhan tembok karena gempa besar terjadi. Mimpi yang saya alami ini mungkin merupakan ekspresi sebuah trauma pada peristiwa besar yang pernah saya alami.
Mimpi kadang membawa kabar menggembirakan buat kita namun tak jarang pula mimpi menimbulkan kesedihan dan rasa was-was. Lalu bagaimana kita harus menghadapi sebuah mimpi? Mungkin kita harus menganggap bahwa mimpi hanyalah sekedar bunga tidur yang tidak perlu dipikir lebih mendalam. Pola berpikir positif mungkin lebih bisa menata hati dan perasaan kita menghadapi mimpi. Kalau mimpi itu baik kita menghadapi dengan hati senang. Bila mimpi itu mimpi buruk dan menakutkan maka kita tak perlu memikirkan lebih dalam. Selalu berprasangka baik. Karena dengan berpikir positif maka aura yang ada disekitar kita akan mendukung pikiran positif kita. Dengan demikian aura positiflah yang akan membantu kita mewujudkan hal positif yang kita harapkan.
Lalu apa yang kita lakukan bila kita mengalami mimpi seperti di atas? Berpikir positif. Bahwa apa yang terjadi dalam mimpi itu hanyalah sekedar cerita. Ibarat kita melihat sepenggal sinetron saja. Maka kita akan merasa lebih baik dan lebih nyaman. Tak perlu bepikiran bahwa orang meninggalkan kita dalam mimpi benar-benar akan meninggalkan kita di alam nyata.

No comments:

Post a Comment