Friday, October 21, 2011

Suatu Senja Di Kinah Rejo Pasca Erupsi Merapi

Siang itu aku bersana Cintaku menengok pembuatan kandang domba untuk kelompok. Waktu sudah menjelang sore saat kudengan Cintaku menerima telepon dari Kang Icik. Dia ingin bertemu dengan kami di lereng Merapi karena ingin melihat langsung lokasi penghijauan di Kinah rejo. Dia datiag bersama dengan gadisku. Ternyata dia sudah meluncur ke jogja ketika kami berkencan untuk bertemu di kali Putih Jumoyo. Akhirnya kami sepakat bertemu di Balong dan ke atas bersama-sama.

Kaliurang dilihat dari Kinahrejo

saung-saung tempat bernaung di tengah terik


Pokok pohon yang masih berdiri, kering dan hitam

Dingin dan sunyi. Itu yang kami rasa. Angin yang kencang bertiup tak lagi terhalang pepohonan yang semula menghijau. Di hadapan kami hanya tinggal pokok-pokok pohon dan ranting tanpa daun yang menghitam, bekas sapuas awan panas. Masih berdiri, beberapa tumbang dan patah-patah. Bau abu dan arang terhirup menyengat. 

bukit-bukit kecil di kejauhan, terlihat jelas karena tanpa tumbuhan

mencoba melangkah melihat tebing, kering


Cintaku bersama Pak Icik berpose sejenak bersama pemandu 


Di seluas pandangan hanya bukit-bukit gundul yang dulu tak pernah terlihat. Di arah timur laut (kata mereka itu adalah dusun Kali Tengah) lautan pasir jadi pemandangan. Bumi perkemahan Kali Kuning yang dulu sering kami kunjungi, hijau, sejuk, rimbun, hilang sudah. Kini hanya tinggal sebuah saung dan hamparan jurang yang menganga dan tebing curam. 

bersahabat dengan angin kencang

lesu, menyendiri

Semua membuatku bisu, kami semua membisu, raut kesedihan melekat di wajah-wajah kami, wajah-wajah yang letih dan lesu, wajah-wajah yang hanya bias melihat tapi tak mampu berbuat.

No comments:

Post a Comment