Wednesday, October 26, 2011

Sunday, October 23, 2011

Ciu Bekonang


       Ehmm... masih ngantuk dan lelah saat Cintaku mengajakku pulang ke rumah lama setelah sepanjang pagi kami bersih-bersih rumah baru. (walau hanya menyimpan barang-barang bekas pengajian yang belum sempat disimpan kembali, dilanjutkan dengan menyapu dan ngepel lantai). Ternyata hari ini Cinta sudah kencan dengan mas Sugeng untuk mencari info pembuatan metanol atau etanol home industri.

       Pilihan jatuh ke Bekonang, dengan asumsi di daerah ini  banyak pengrajin ciu. Mendengar namanya saja aku sudah miris, karena dalam benakku yang namanya ciu sudah bisa membuat orang mabuk.
          Di desa Polokarto kami bertemu dengan Ibu Barni, salah seorang pengrajin Ciu. Info yang kami dapat kami tak bisa mengambil dalam jumlah yang sedikit. Dari Bu Barni pula kami akhirnya mengetahui sedikit tentang pembuatan ciu, bahan dasar pembuatan alkohol.
 
         Ciu dibuat dengan bahan dasar tetes tebu. Tetes dicampur dengan laru (biang) dan air, kemudian di fermentasikan hingga dingin (tidak meletup-letup lagi). Logikanya bakteri yang ada dalam laru sudah berhenti bekerja. setelah dingin fermentasi tetes yang telah dicampur laru  dipanaskan dalam drum-drum. Nah pada saat dipanaskan inilah timbul uap, uap ditampung dalam slang-slang untuk kemudian dialirkan. dalam perjalanan inilah uap menjadi dingin dan kembali berwujud cairan yang disebut dengan ciu.  Ciu merupakan bahan setengah jadi utuk pembuatan etanol.
          Pantas saja bila ciu bisa memabukkan. Ketika aku masuk ke dapur tempat pengolahan tetes itu saja aku sudah menghirup uap yang membuatku pening, apalagi bila orang sampai meminum ciu. Pantas dipercaya, cui memang memabukkan.
         Dalam wikipedia disebutkan bahwa  Ciu cangkol atau ciu adalah sebutan bagi sejenis minuman beralkohol yang dihasilkan dari proses fermentasi limbah cair yang terbuang dalam proses pembuatan gula (tetes tebu). Minuman ini khas dari Bekonang, Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia, sebuah daerah di sekitar pinggiran kota Solo. Minuman ini dikenal mengandung alkohol dan sangat efektif untuk membuat orang yang meminumnya mabuk.
          Jadi tak salah bila kukatakan aku mabuk karena aroma ciu, itu adalah hal yang wajar. 
          Dari Bu Barni kami meluncur ke lokasi lain tempat produksi etanol home industri. di tempat ini kami diterima dengan sangat baik. Pemilik usaha ini sangat familiar. Begitu kami datang, dipersilakan duduk, kemudian teh hangat dan makanan mengalir tersaji. Ehmmm.... rasa lapar, haus, panas sedikit terobati. disini kami juga banyak mendapat ilmu tentang pembuatan etanol. Terima kasih Bapak, kami telah mendapatkan ilmu tentang pembuatan ciu dan etanol. Lain saat kami pasti akan datang kembali untuk belajar lebih banyak lagi.
          Hujan jatuh, semua jadi sibuk, kami undur diri untuk pulang. diiringi hujan yang sangat lebat, kami menyusuri jalan. Hujan bersama angin yang besar, jam baru menunjukkan pukul 16.10 tapi kami merasa seperti sudah menjelang Maghrib. Jarak pandang tak sampai 5 meter. Dalam hening penuh doa, berjalan pelan menghindari banjir yang tiba-tiba menghadang. bibir kami tak lepas dari dzikir, mohon doa keselamatan. berharap sampai di rumah segera bertemu anak-anak yang sudah kami tinggalkan sejak pagi.